Thursday, November 29, 2007

DEUS ADVENTUS, DEUS REVELATUS

Ketika musim Natal tiba, apa yang paling menyita waktu Anda? Membongkar pohon terang di dalam dus yang tersimpan di sudut gudang? Mengeluarkan kaset-kaset atau CD lagu-lagu Natal dari tempatnya? Memasang perhiasan-perhiasan berbentuk kaos kaki, bulatan daun atau pernak-pernik bernuansa merah-hijau? Atau apa?

Suatu ketika, Seniman Jadug Ferianto sempat melontarkan uneg-unegnya mengenai cara orang merayakan Natal di era modern ini. "Telah terjadi pengkhianatan terhadap pesan kesederhanaan yang ditinggalkan Natal yang pertama," ujarnya bermaksud mengoreksi perayaan Natal yang kental dengan hura-hura. Apa yang dinyatakan adik Butet Kartaredjasa itu ada benarnya. Sekarang Natal memang telah bersentuhan dengan modernitas dengan segala konsekuensi yang terkandung di dalamnya. Ia telah menjadi ladang subur bagi konsumerisme dan menjadi bancakan bagi kapitalisme yang rakus. Apa boleh buat...

Natal pada awalnya adalah sebuah berita sederhana yang agung. Sederhana karena apa yang disampaikan malaikat kepada Maria tidak kompleks seperti perkataan filsuf yang mbulet. Agung karena isi berita itu merupakan proklamasi tentang Yesus yang akan menjadi Raja atas umat-Nya. Berita itu menyatakan tentang Allah yang sudi datang ke bumi (Deus Adventus) dan juga Allah yang mau menyatakan-menyingkapkan diri-Nya (Deus Revelatus) kepada manusia.

Di hiruk-pikuk perayaan Natal tahun ini, pesan itu jangan sampai bergeser... SELAMAT NATAL!
MANFAATKAN WAKTU

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati
yang bijaksana” (Mazmur 90:12).


Sahabat Nilai Kehidupan, bila hari ini kita bisa memasuki tahun baru berarti Tuhan masih memberikan waktu dan kesempatan yang berharga bagi kita untuk digunakan. Renungkan berapa banyak waktu yang sudah terbuang begitu saja untuk menonton televisi, tidur-tiduran, bermalas-malasan, nongkrong sambil ngobrol tidak keruan, pergi window shopping ke mal, dll. padahal waktu itu bisa kita gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat.
Ada beberapa contoh orang yang menggunakan waktu hidupnya secara efisien: Sir William Hamilton membaca 10 ribu buku dan membuat catatan-catatan kecil mengenai apa yang ia baca. Dr. Good menerjemahkan buku ketika sedang mengendarai kudanya di jalan-jalan di London. Francis Xavier selama hidupnya telah membaptis sebanyak 100.000 petobat. John Wesley dalam perjalanan hidupnya telah mengkhotbahkan 40.000 khotbah, melakukan perjalanan 300.000 mil atau hampir mendekati 15 kali lingkaran bumi. Nah, agar kita juga dapat memanfaatkan waktu secara efektif pada tahun 2008, saya anjurkan kita melakukan tiga hal ini:
Pertama, rencanakanlah target yang ingin kita capai dalam tahun ini dengan pertolongan Tuhan. Tuliskan setiap target dengan rinci, meliputi target meningkatkan: a) Hubungan dengan Tuhan. b) Kapasitas pribadi. c) Hubungan Keluarga. d) Pekerjaan. e) Pelayanan.
Kedua, milikilah agenda harian dan buatlah rencana serta jadwal apa yang akan kita lakukan setiap hari. Ingatlah: Jika Anda gagal membuat rencana, Anda sedang merencanakan kegagalan! Jadwalkan waktu untuk membangun kerohanian, waktu untuk mempelajari suatu keahlian tertentu, waktu untuk keluarga, waktu untuk tugas pekerjaan serta waktu untuk pelayanan yang akan kita lakukan.
Ketiga, konsistenlah untuk memenuhi target dan jadwal tersebut. Jika demikian, pada akhir tahun ini saya harap Anda bisa menarik nafas lega dan berkata, “Puji Tuhan, aku telah menggunakan waktu hidupku dengan bertanggung-jawab”. [RA]

RENCANAKANLAH PENGGUNAAN WAKTU DAN LAKSANAKAN SECARA KONSISTEN


HIDUP DI ATAS RATA-RATA

Yabez lebih dimuliakan dari saudara-saudaranya ... Yabez berseru kepada Allah Israel, katanya: “Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah, dan memperluas daerahku ... dan Allah mengabulkan permintaannya itu (1 Tawarikh 4:10).

Seorang pengusaha menunjukkan pada temannya sebuah sms dari seseorang berisi kata-kata motivasi yang menguatkan pada layar handphone barunya yang canggih dan mahal harganya. Rekannya tertarik dan berkata, “Tolong forward sms itu ke saya ya”. Dengan senyum kecut pengusaha ini menjawab, “Sorry, saya tidak bisa mengirim sms. Saya cuma bisa menelpon dan menerima sms saja. Yang lain saya belum tahu cara pakainya”. Betapa sayangnya, bila seseorang memiliki hand phone dengan fitur lengkap dan canggih tapi tidak bisa memanfaatkannya secara maksimal.
Banyak orang seperti pengusaha itu. Mereka tidak menggunakan potensi yang Tuhan berikan secara maksimal. Para ahli psikologi berkata bahwa manusia rata-rata hanya menggunakan 10% dari potensi yang dia miliki. Menurut penelitian, 99% kasus kegagalan terjadi pada orang yang terbiasa membuat alasan! Banyak perkara yang dianggap mustahil, karena tidak ada yang pernah mencobanya. Padahal kalau kita mau berusaha, hal itu menjadi sangat mungkin. Membuat pesawat terbang adalah hal yang semula dianggap mustahil, sampai Wright bersaudara mencobanya dan berhasil.
Yabez adalah orang yang dilahirkan dalam kesakitan. Sangat lumrah jika Yabez menjadi orang yang gagal. Namun karena doa dan kegigihannya, dia hidup di atas rata-rata. Seseorang yang memiliki komitmen serta ketekunan akan mengalahkan lebih dari seribu orang yang hanya memiliki minat saja. Perhatikan orang yang memiliki berbagai kekurangan ini, tapi dikemudian hari dikenal sebagai orang yang hidup di atas rata-rata: Musa seorang gagap bicara yang jadi pembebas Israel, Daud anak tertolak dan gembala domba jadi raja Israel yang berkenan di hati Tuhan, Ester anak yatim piatu jadi ratu dan menyelamatkan Israel, Simon Petrus nelayan yang pernah menyangkali Yesus jadi rasul besar, perempuan Samaria yang tukang kawin jadi penginjil Samaria, Tomas si peragu jadi martir di India bagi Yesus. Bagaimana dengan Anda? [RA]

BUANG ALASAN, BERANI MENCOBA, TEKUN – ITULAH KUNCI UNTUK HIDUP MAKSIMAL


BANGKIT DARI KEGAGALAN

Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya (Yeremia 18:4).

Ada dua ekor katak yang terjerumus ke dalam sebuah lubang. Keduanya berkali-kali mencoba melompat ke atas untuk menyelamatkan diri, namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Lima katak lain kemudian berkerumun di pinggir lubang untuk memberikan dukungan, dengan teriakan: “Ayo kamu bisa, ayo lompat lebih tinggi ...”. Setelah satu jam mencoba tanpa hasil, akhirnya kelima katak di atas malah berkata, “Kalian sudah mencoba dan gagal. Percuma saja melompat, akhirnya toh kalian akan mati dalam lubang. Sudah jangan lompat, jangan lompat, mati saja”. Mendengar teriakan itu, satu katak dalam lubang merasa frustrasi. Dia tidak melompat lagi dan akhirnya mati. Tapi katak kedua melompat terus, sampai satu saat dia berhasil melompat keluar dari lubang itu. Lima katak di atas merasa heran, lalu mengajak dia bicara. Ternyata katak yang satu ini tidak bisa mendengar, sebab dia tuli !!! Jadi pada saat kelima katak tersebut berteriak-teriak agar dia mati saja, dia berpikir mereka memberikan support agar dia melompat terus sampai berhasil.
Seringkali ketika mengalami kegagalan, kita begitu frustrasi dan tidak merasa berdaya lagi. Apalagi bila mendengar komentar negatif orang lain yang melemahkan semangat kita. Tapi, tulikan telinga Anda terhadap hal-hal negatif. Tetaplah berusaha dengan gigih sampai berhasil. Musa pernah gagal menjadi penyelamat Israel, malah ia menjadi buronan Firaun karena membunuh orang Mesir. Tapi Tuhan kemudian memanggil dia untuk menjadi pemimpin bangsa yang besar itu. Petrus pernah gagal, bahkan menyangkal Yesus sampai tiga kali. Tapi Tuhan memberikan kesempatan kedua kepadanya untuk melayani. Akhirnya dia berkhotbah pada hari Pentakosta dan tiga ribu jiwa diselamatkan. Anda pernah gagal? Jangan putus asa. Mulai lagi menata kehidupan. Bangkitlah dari kegagalan. Tuhan punya rencana besar dalam hidupmu. [RA]

Wednesday, November 21, 2007

MENJAGA API TETAP MENYALA

“Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa sehingga kamu memperolehnya.” (1 Korintus 9:24)

Dalam tradisi Olimpiade ada kebiasaan yang tidak pernah terlewat dalam setiap penyelenggaraan pesta olah raga sedunia itu. Tradisi itu adalah membawa lari obor dengan api yang bersumber dari Gunung Olympus di Yunani. Tradisi itu juga yang menginspirasi api Pekan Olah Raga Nasional (PON) yang berasal dari Mrapen, Jawa Tengah. Api itu tak boleh padam di tengah jalan, tetapi harus tetap menyala hingga stadion tempat penyelenggaraan.
Masalahnya tidak terletak kepada seberapa cepat api itu tiba di tempat bertanding, tetapi yang terpenting adalah bagaimana agar api itu tetap menyala. Api itu adalah simbol semangat bagi setiap atlit yang sedang berlaga untuk membela kehormatan bangsa yang mengutusnya. Mereka adalah orang-orang yang telah melewati proses seleksi ketat dan dituntut untuk membawa pulang prestasi tertinggi.
Sahabat NK, kita telah memasuki hari ketiga dari tahun 2008 ini. Kita memerlukan semangat juang tinggi untuk menjalani tahun ini sebagaimana para atlit itu menyalakan semangat di dada mereka. Jika mereka bertanding untuk beberapa minggu saja, perjalanan kita berlipat-lipat lebih panjang. Kita harus menyusuri sepanjang tahun ini dengan segala resiko, prediksi dan kekuatiran-kekuatiran yang ditimbulkannya.
Mari mulai menyalakan api dan menjaganya agar tetap menyala bagi kita. Sebagaimana Tuhan menolong kita melewati tahun-tahun silam, demikianlah penyertaan-Nya juga akan kita alami tahun ini. [JP]

MASALAHNYA BUKAN PADA ‘KECEPATAN’, TETAPI YANG TERPENTING ADALAH ‘MENJAGA AGAR API TETAP MENYALA’